Jumat, 20 November 2015

cinta tak direstui



Cintaku tak direstui
Bagi setiap wanita memiliki suami yang sukses, baik adalah hal yang terindah tapi bagiku suamiku hanyalah kakak dan pernikahanku hanyalah sebuah pengikat tanpa cinta, semua ini telah diatur kedua orangtuaku,.
ilma itu adalah namaku, aku mungkin beruntung hadir dikeluarga yang menurutku bahagia dan menjadi anak tunggal . Kuliah di kedokteran siapa yang tidak bangga, begitupun orangtuaku mereka sangat bangga padaku. Orangtuaku berharap aku bisa menikah dengan dokter atau pekerjaanya diatasku. Sebentar lagi aku akan menjadi sarjana kedokteran(S.ked), itu adalah kebahagian yang tak ternilai bagiku.
 Aku belum menceritakan tentang Irfan dia adalah pacarku dan sekaligus teman SMAku, dia pendiam,sholih, dan aku tak pernah percaya kami akan jadian. Kami berpisah irfan lanjut di universitas islam sedangkan aku kuliah dikedokteran disalah satu universitas didaerahku. "Aku suka sama kamu kata irfan padaku saat kami sudah tidak duduk dibangku SMA lagi saat itu aku baru saja masuk kuliah," aku gak percaya irfan yang pendiam,cuek dan di sukai banyak wanita menyatakan cintanya padaku. Tapi entah kenapa aku mengiyakannya dan kami pacaran. 4 tahun sudah kami berpacaran dan aku sangat mencintainya begitupun dengannya. Aku pernah putus saat awal aku kuliah hanya karena masalah sepele, tapi aku baru benar-benar menyayanginya setelah kami putus. Aku tak tahan dengan rasa cinta yang terlalu kupendam aku minta maaf pada irfan dan meminta untuk balikkan lagi, awalnya aku ragu tapi ternyata dia juga masih sayang denganku.
Selama menjalin hubungan kedua orang tuaku tidak mengetahui hubungan kami, tapi kedua orangtuanya telah mengenaliku dengan baik. Bahkan mereka sudah merestui hubungan kami, setiap liburan aku selalu kerumah irfan.
Fan kapan kamu menikahiku"! Kamu taukan aku itu dari dulu ingin menikah muda.
 Apa ini terlalu cepat Ilma kata irfan. Aku baru mengurus skripsi lagian kamu juga masih akan koas(prakterk dirumah sakit sebelum jadi dokter) kita masih sangat sibuk, aku belum punya pekerjaan, bersabarlah..!
Iya sayang aku ngerti kok, aku sayang kamu irfan sangat sayang!
Aku juga sayang kamu sambil menggodaku, dan kami saling tertawa, wajah irfan semakin tampan saat dia tertawa.
Hari ini aku pulang kerumah seperti biasa keluargaku selalu berkumpul diruang keluarga. Ibu dokter udah pulang, dok saya sakit kangen sama dokter canda Bunda, aku hanya tertawa kecil. Aku udah jarang pulang semenjak bertugas di rumah sakit dan karena jarak rumah dan rumah sakit tempatku tugas lumayan jauh jadi aku memilih ngekos dekat sana.
Bunda, Ayah, Ilma mau ngomong sesuatu?"
Apa sayang , hmmm pasti tentang cowok ya? canda Ayah lagi" kok ayah tau?
Jadi bener ya? iya Ayah, siapa orangnya yang mau mendekati anak cantik ayah?" Dia irfan ayah teman SMA aku kami udah 4 tahun pacaran. Bawalah dia kesini ayah ingin mengenali calon menantu ayah, senangnya aku saat melihat respon ayah, bener ayah mau kenalan sama irfan, makasih ayah".
Hari ini aku sengaja membantu Bunda masak dan meluangkan waktuku, kamu udah dandan Ma, kata bunda'" iya dong Bun,hahah sambil tertawa.
Irfan datang dan dia berbicara berdua dengan ayahku, setelah irfan pulang ayah berkata Ilma apa benar kamu serius dengan irfan? Iya kenapa yah? Ayah tau kamu itu pasti cuma cinta monyetkan? gak ayah ilma serius. Ilma masih banyak laik-laki yang lebih dari irfan, kamu dokter sedangkan dia belum jelas,dan sekarang cari pekerjaan itu susah,  apa kamu mau menunggu dia sampai dapat kerja ? kamu itu perempuan sayang kata ayah padaku. Sentak saja aku sedih berarti ayah tidak merestui hubungan kami.
Didepan irfan aku seperti biasa-biasa saja, tapi irfan tau" Ma Ayahmu gak setuju dengan hubungan kita, apa kita masih mau lanjut? jangan ngomong gitu irfan bagiku kamu itu yang terakhir dan tak akan tergantikan, Dua tahun aku tetap menjalani hubunganku diam-diam dengan irfan, aku sekarang telah menjadi dokter, dan bekerja di salah satu rumah sakit dijakarta . Sedangkan irfan masih belum jelas, dia sudah berusaha mencari kerja tapi selalu ditolak.
Kamu tau anak Om Anton sayang, iya ayah bsk mereka sekeluarga akan kemari? ngapain yah bukannya mereka jarang kemari? Nanti kamu sendiri tau sayang. Keesokan harinya seperti yang ayah bilang Om anton datang bersama anaknya dan entah kenapa perasaanku tidak enak tapi aku tetap ramah dan menyediakan minuman. Apa ini Ilma udah gede ya skg, udah jadi dokter lagi, masih ingat ilma kecil Dani yang gendongin kamu waktu jatuh,,, hahah.. apaan sih om Ilma bukan anak kecil lagian dani itu kayak kakak aku sendiri om. Kakakmu bisa jadi suami juga, canda Bunda sambil tersenyum. Mereka memang cocok kata ayah lagi, aku hanya diam.
Ilma panggil ayah ketika Om anton udah pulang, gimana menurut kamu tentang Dani dia udah pintar, manajer bank lagi cocok banget sama kamu kan? Ayah aku gak suka dani dan gak mau di jodohin emg ini jaman siti nurbaya,, Kamu udah 25 ilma sampai kapan kamu mau gini, ingat kamu perempuan. Tapi ayah ilma udah punya pacar dan ilma udah bisa memilih mana yang terbaik buat ilma, Siapa irfan cowok ganteng tapi pengangguran itu, emangnya kamu mau makan gantengnya aja apa? Aku ga mau ayah sambil nangis aku lari kekamar. Seharian aku mengurung diri ga kerja dan ga makan, aku tidak tau kenapa Ayah begitu tidak menyukai irfan. Bunda berusaha membujukku dan akhirnya aku keluar, bunda menangis dan mengatakan bahwa kamu harusnya tidak menyiksa dirimu. Seminggu aku tak pulang dirumah aku lebih memilih tinggal dirumah sahabatku, ini aku lakukan agar Ayah ga memaksa kehendaknya, dan tidak menentang hubungaku dengan irfan. Didepan irfan aku tidak menceritakan tentang perjodohan dengan Dani. Semua bebanku serasa hilang saat ketemu irfan.
Ayah tiba-tiba datang ke tempat kerjaku dan mengatakan bahwa Bunda sakit keras semejak aku pergi dari rumah, Pulang sayang bunda sakit dia tidak mau makan apapun semenjak kamu pergi, Aku langsung aja ke rumah sakit yang lain tempat Bunda dirawat, disana ada om anton dan Dani aku tak memperdulikan dani saat dia menyapaku dengan senyumannya yang kupikir hanyalah Bunda.  Bunda maafin ilma, ilma sayang bunda jangan sakit lagi ya! Bunda apapun yang bunda mau ilma turutin asal bunda sembuh, " Bunda cuma mau satu sayang apa ilma mau menuruti keinginan bunda? apa bun ilma pasti turutin. Kini tinggal aku dan bunda didalam ruangan Ayah, om anton dan dani keluar seakan mereka telah mengerti situasi. Bunda maukan menikah sama Dani aku syok mendengar perkataan bunda, Bunda telah berutang budi sama Ibu dani, saat ilma kecil Ibu dani sangat sayang sama ilma karena dia tidak memiliki anak permpuan cuma dani dan adik lelakinya, ilma ingat ga ilma pernah sakit ginjal dan harus cuci darah setiap 2 minggu sekali, Bunda sedih tiap mikirin ilma, tapi tante ayu ibu dani selalu memberi dukungan dia juga rela memberikan ginjalnya untuk ilma, dan dia akhirnya meninggal karena cuma memiliki satu ginjal tapi satu permintaan beliau sebelum meninggal mau melihat ilma menikah dengan Dani, Maafin Bunda baru berani menceritakannya sekarang". Bunda tidak ingin mati dengan membawa janji sayang, aku gak bisa menahan air mataku, aku pun mengiyakan perkataan bunda saat itu karena nyawa bunda lebih berharga buatku dan aku tdak ingin menjadi anak durhaka.
Pernikahanku digelar dengan meriah aku hanya menangis dan saat melihat wajah bahagia bunda, aku selalu mengatakan bahwa pengorbananku tidak akan sia-sia, semoga irfan mengerti. Aku tidak mengabari irfan, aku hanya menyuruh temanku memberikan surat undangan keorang tua irfan. Dan kedua orangtuanya pun tidak datang, pasti mereka sangat kecewa padaku yang telah mencampakkan anak mereka.Kini aku telah menjadi nyonya Dani ferdian kepala manajer bank terkemuka dan seorang dokter di depan namaku, Aku mengikuti suamiku ke daerahnya di kalimantan dan membuka praktek umum disana. Aku mengubur irfan dalam hatiku meskipun itu salit dan membuatku menderita, aku tidak pernah lagi kumpul reunian dengan teman-teman SMAku, aku mengubur semua masa dengan nya, Maafin aku irfan aku melakukan ini semua demi janji Bunda dengan tante Ayu, meskipun suamiku baik padaku tapi hatiku hanya untukmu irfan...!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar