A.
Pakistan
Pakistan
muncul dalam peta dunia sebagai Negara merdeka pada agustus 1947, sebagai
akibat dari pembagian wilayah kekuasaan Inggris atas India. pakistan barat
dengan luas 310.403 mil dan Pakistan timur dengan luas 55.126 mil. Dua wilayah
tersebut dipisahkan oleh lebih dari seribu mil teritorial India dan dipisahkan
oleh laut sepanjang sekitar 3.000 mil. Bahasa nasional Pakistan sebelah barat
adalah urdu, sementara untuk Pakistan timur adalah bahasa Bengali. Sejak
awalnya, Pakistan merupakan Negara dengan dua kondisi ekonomi yang berlainan
dan sebenarnya, Pakistan barat dan timur memiliki perbedaan di hamper semua
bidang.[1]
Selama
bertahun-tahun, disparitas ekonomi antara Pakistan barat dan timur kian nyata
perbedaannya. Cepat atau lambat, perbedaan tersebut akhirnya mengarah pada
konflik antardua wilayah. Ini terjadi pada tahun 1971, ketika pecah perang
antardua wilayah Pakistan tersebut, lalu Pakistan timur menganggap dirinya
bukan lagi bagian dari Pakistan. Pada tanggal 26 maret 1971, Zia Rahman
menyiarkan proklamasi kemerdekaan Pakistan timur lalu diganti dengan
Bangladesh, yang berarti Bengal merdeka (free
Bengal). Pada tanggal 10 april 1971, pemerintah Bangladesh dibentuk secara
resmi. Akibatnya, Negara Pakistan yang berdiri sejak tahun 1947 kini terpecah menjadi
dua Negara, yaitu Pakistan dan Bangladesh.[2]
Pada bulan November 1947 menteri
pendidikan mengadakan konferensi dengan pemuka-pemuka pendidikan dan lembaga
pemerintah yang bersangkutan dengan pendidikan untuk membicarakan reorganisasi
pendidikan yang sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan rakyat. Salah satu
kesimpulan utama adalah yang dihasilkan oleh komisi Ahli pendidikan rendaah dan
menengah yang menentukan prinsip-prinsip penuntun ideologi pendidikan[3]:
1. Education should
be based on the Islamic conception of universal brotherhood of man, social
democracy and social justice.
2. It should be
compulsary for students to learn the fundamental principles to their religion.
3. There should be
proper entegration of spiritual, social and vocational elements in education.
Sistem
pendidikan Pakistan sampai sesudah perang adalah berasal dari zaman-zaman
sebelumnya:
a. Tahun
1855, parlemen inggris menentukan perhatian perhatian tertentu buat pendidikan
india, yang seterusnya timbul adanya berbagai macam undang-undang pendidikan.
b. Hunter
Commission 1882-1884.
c. Lord
Curzens University Act.(1904)
d. Government
of India Resolution(1913).
e. Calcuta
University Commission Report (1919).
Hal-hal
semua tersebut diatas mempengaruhi perkembangan pendidikan yang ada di Pakistan.
Pakistan adalah Negara republik Islam, yang berusaha keras untuk
mengimplementasikan ajaran-ajaran yang bersumberkan pada Al-qur’an dan sunnah
dalam kehidupan modern dalam berbagai aspeknya. Termasuk didalamnya dalam soal pendidikan.[4]
System
pendidikan yang dikembangkan harus dijiwai oleh semangat islam, yang menekankan
pada Ukhuwah Islamiyah, keadilan semangat islam social dan toleransi.
Pendidikan agama telah diwajibkan untuk semua pelajar muslim de semua tingkat
system pendidikan. Tujuan kebijaksanaan pendidikan yang lain adalah menciptakan
system pendidikan nasional yang terpadu yang menjembatani dua sistem/aliran
yang telah berjalan lam, yaitu antara aliran tradisional/keagamaan, dan aliran
modern/ilmiah. Pelajar yang memasuki lembaga pendidikan Islam tradisional
(maktab, madrasah, darul ulum) akan deberi bantuan keuangan, sebagaimana
diberikan juga kepada pelajar yang memasuki lembaga-lembaga pendidikan lainya.
Tujuan
lain dari kebijaksanaan pendidikan nasional adalah untuk menunjukkan
ketidaksetujuannya terhadap pendidikan campuran(co-education) untuk putra dan putri karena itu bertentangan dengan
konsep islam tentang pendidikan.
Pada
tahun 1981, dibangun kampus untuk kaum wanita di Lahore dan Karachi sebagai
langkah pertama menuju pembangunan universitas-universitas yang berdiri sendiri
untuk kaum wanita. Juga didirikan sebuah universitas islam yang baru, yang
berusaha untuk menyatukan dua system pendidikan, yang sekuler, dan yang
bersifat keagamaan, untuk mengajarkan pandangan Islam kepada mereka yang ikut
serta dalam proses pendidikan dan untuk memungkinkan mereka membangun kembali
pemikiran-pemikiran yang manusiawi dalam segala bentuknya di atas dasar Islam.
Bahasa Urdu telah menggantikan bahasa Inggris seagai bahasa pengantar di
sekolah-sekolah dan perguruan tinggi, dan telah memperoleh tempat yang menonjol
dalam kehidupan masyarakat sebagai bahasa nasional Pakistan.[5]
System
pendidikan
Adapun
struktur system pendidikan yang ada sekarang berdasarkan keputusan komisi
pendidikan Nasional tahun 1959, adalah sebagai berikut: pendidikan dasar(primary Education), mulai umur 6-11 tahun yang terdiri dari
pendidikan tingkat 1 sampai dengan V. jadi pendidikan dasar berlangsung selama
5 tahun, dan ini merupakan kewajiban belajar tahap pertama. Sedangkan sekolah
lanjut tingkat pertama (yunior secondary),
terdari dari pendidikan tingkat VI sampai dengan tingkat VII, selama 3 tahun,
dan ini merupakan kewajiban belajar tahap kedua. Pendidikan tingkat IX dan X,
adalah sekolah menengah tingkat atas (secondary
high school) yang berlangsung 2 tahun, tingkat ini ada 3 jenis sekolah,
yaitu: yang bersifat umum(general)
mempersiapkan untuk pendidikan perguruan
tinggi. Sekolah kejuruan (vocational) dan
sekolah teknik. Pendidikan tingkat XI dan seterusnya pada umumnya sudah memasuki
tingkat perguruan tinggi. Untuk memasuki perguruan tinggi ini, umumnya harus
melalui sekolah persiapan selama 2 tahun(higher
secondary atau intermediate colleges) yaitu pendidikan tingkat XI dan XII,
tetapi untuk perguruan tinggi kejuruan, tidak perlu melalui tingkat persiapan
ini. Tingkat bachelor, pada umumnya dicapai setelah mencapai tingkat pendidikan ke XIV atau ke XV; sedangkan
tingkat master, setelah mencapai tingkat pendidikan ke XVI atau XVII, dan ph.D
adalah tingkat pendidikan ke XVIII.[6]
1. Paradigma
Pendidikan Islam di Pakistan
Pendidikan dalam islam merupakan sebuah
rangkaian proses pemberdayaan
manusia
menuju kedewasaan, baik secara akal,
mental maupun moral, untuk menjalankan fungsi kemanusiaan yang diemban sebagai
seorang hamba dihadapan khaliq-nya
dan juga sebagai khalifatu fil ardh
(pemelihara) pada alam semesta ini.
Dengan demikian, fungsi utama
pendidikan adalah mempersiapkan generasi penerus ( peserta didik) dengan
kemampuan dan keahlian (skill) yang diperlukan agar memiliki kemampuan dan
kesiapan untuk terjun ke tengah lingkungan masyarakat.
2. Makna
dan tujuan
Makna
dan tujuan adalah al-attas, pemikir muslim kontemporer yang mendefinisikan arti
pendidikan secara sistematis, menegaskan dan menjelaskan bahwa tujuan
pendidikan menurur Islam bukanlah untuk menghasilkan warga Negara dan pekerja
yang baik. Sebaliknya, tujuan tersebut adalah untuk menciptakan manusia yang
baik. Hal ini dapat diuraikanya secara jelas dalam bukunya, Islam and
secularism.
Tujuan
mencari ilmu adalah untuk menanamkan kebaikan ataupun keadilan dalam diri
manusia sebagai seorang manusia dan individu, bukan hanya sebagai seorang warga
Negara ataupun anggota masyarakat. Yang perlu ditekankan (dalam pendidikan)
adalah nilai manusia sebagai manusia sejati, sebagai warga kota, sebagai warga
dalam kerajaannya yang micro, sebagai sesuatu yang bersifat spiritual,( dengan
demikian yang demikian itu ) bukanlah nilai manusia sebagai entitas fisik yang
diukur dalam konteks pragmatis dan utilitarian berdasarkan kegunaanya bagi Negara,
masyarakat, dan dunia.
3. Militansi
dan madrasah di Pakistan
Madrasah pada
Pakistan pada akhir-akhir ini menjadi topic perdebatan yang tidak ada
habis-habisnya madrasah dianggap sebagai’’biang keladi’’ pertumpahan darah
diantara sekte-sekte yang ada di Pakistan.
Anggapan ini bukanya tidak beralasan, sejak dua decade yang lalu tepatnya pada
akhir 70an dan awal 80an ketika revolusi iran sampai sekarang pergolakan anti
syiah semakin gencar digaungkan oleh kalangan madrasah sunni deobandi dan ahli hadith dalam rangka
membendung pengaruh syiah di Pakistan, dan tidak sedikit nyawa melayang dalam
tiap-tiap perkelahian diantar dua sekte ini. Namun demikian, perkelahian antar
madrasah ini tidak hanya terjadi antara sesame penganut faham sunni dan syiah
saja, akan tetapi juga terjadi anatar sesama penganut paham sunni lainya,
contohnya deobandi dan barelwi yang banyak berbeda dalam masalah fiqh yang
tidak terlalu prinsipil.[7]
Pendidikan agama
islam di Pakistan terbagi kepada tiga kategori:
1. Quranic
School
Adalah sekolah dimana
anak-anak belajar membaca al-qur’an. Tempat biasanya dimasjid-masjid atau
mushala desa. Waktu belajar tidak teratur dengan jelas. Ada yang pagi , siang dan sore. Ustadz yang
mengajar berasal dari desa tersebut.
2. Mosque
primary School.
Sekolah dasar masjid,
yaitu masjid yang dijadikan tempat belajar bagi anak-anak yang sudah beumur 7
tahun keatas, inisiatif ini resmi dilakukan oleh pemerintah Ziaul Haq pada
tahun 80an untuk mengatasi minimnya tempat belajar dipedesaan disebagian tempat
dipakistan, selain belajar al qur’an mereka juga diajarkan oleh imam masjid
setempat mata pelajaran bahasa urdu dan matematika. Namun pendidikan ini sering
terkendala disebabkan para imam jarang yang menguasai bahasa urdu dan
matematika dengan baik , yang akhirnya kebanyakan sekolah gulung tikar.
Sekarang jumlah primary School diseluruh Pakistan sekitar 25.000 buah sekolah.[8]
3. Madrasah
Madrasah di Pakistan
berbeda dengan pesantren yang berada di
Indonesia. Di Indonesia para santri tidak diwajibkan untuk menghafal al-qur’an
seluruhnya, kecuali pesantren tersebut pesantren hifzul qur’an. Berbeda dengan
di Pakistan, madrasah mewajibkan kepada murid-muridnya untuk munghafal
al-qur’an 30 juz sebelum belajar materi-materi lain. Karena al-qur’an merupakan
asas bagi pelajar yang ingin mendalamkan ilmu agama.
Ada lima aliran pemikiran di madrasah Pakistan: deobandi,
barelwi, ahli hadith, salafi dan syiah. Tiap-tiap aliran pemikiran ini
mempunyai metode pembelajaran yang berbeda. Tapi, deobandi dan barelwi adalah
dua pemikiran yang paling dominan di seluruh madrasah Pakistan.[9]
4. Madrasah
Pakistan dan jihad afganistan
Ketika
zaman perperangan Afghanistan- uni soviet, madrasah bukan hanya saja tempat
generasi muda belajar dan menimba ilmu dari kitab-kitab turath, akan tetapi
madrasah juga melatih para santrinya untuk bagaimana santrinya menggunakan
senjata dan training-training jihad. Madrasah-madrasah yang berorientasikan
jihad tumbuh sebagai bagaikan cendawan dimusim hujan, khususnya di North West
Frontier Province( NWFP) yang mempunyai perbatasan langsung dengan Aghanistan .
Warisan dari konflik peperangan dingin Afghanistan ini menjadi bentuk
madrasah-madrasah yang berafiliasi
dengan organisasi jihad yang digunakan oleh para aktivis militan dalam
menentang pemerintahan dan menunutut untuk menerapkan syari’at Islam ala
mereka.
5. Reformasi
madrasah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar